Cerita Inspiratif Marhaen Djumadi, Bupati Nganjuk Alumnus Unesa

Bekal Marhaen ke kota pahlawan hanya satu, yaitu Bondo Nekat alias Bonek. Maklum, orang tuanya tidak bisa membiayai karena kondisi ekonomi.
Marhaen Djumadi saat menerima penghargaan dari Unesa sebagai pelopor kebudayaan masyarakat.

Marhaen Djumadi sejatinya tidak punya mimpi yang muluk-muluk. Sebagai anak ndeso yang lahir di kota angin Nganjuk, keinginan sederhananya saat itu adalah menjadi guru Sekolah Dasar (SD). Ia pun memilih bersekolah di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri Nganjuk. Lulus dari SPG, ia berharap ingin segera bisa membantu perekonomian keluarga yang terbilang pas-pasan dengan menjadi guru SD.

Namun, keinginan Marhaen untuk bisa segera mendapatkan pekerjaan layak setelah lulus SPG, bertepuk sebelah tangan. Setelah lulus SPG tahun 1986, ternyata tidak ada pengangkatan guru. Akibatnya, ia sempat menjadi pengangguran selama beberapa waktu. Sadar tak bisa berlama-lama menganggur mengingat kondisi ekonomi keluarga, Marhaen memutuskan nekat merantau ke Surabaya untuk melanjutkan studi sembari bekerja.

Sosialisasi Literasi Keuangan bersama UMKM Nganjuk

Bekal Marhaen ke kota pahlawan hanya satu, yaitu Bondo Nekat alias Bonek. Maklum, orang tuanya tidak bisa membiayai karena kondisi ekonomi. Di Surabaya, dia mencoba melamar kerja di beberapa Bimbingan Belajar (Bimbel) sebagai mentor atau guru, tapi tidak ada yang menerima. Dia sudah pernah melamar sekitar 30 tempat Bimbel, tapi semuanya menolak. “Padahal, saya lulusan SPG, lho,” ceritanya kala itu.

Beruntung, di Surabaya, dia bertemu dengan saudara jauh dari keluarganya yang sedang membutuhkan asisten untuk membantu di rumah. Tanpa pikir panjang, dia pun ikut bantu-bantu selama hampir 2,5 tahun sampai semester 5 kuliah D-3 IKIP Surabaya. “Saya mengabdi, istilahnya itu “ngenger.” Semua pekerjaan saya kerjakan, termasuk pekerjaan rumah tangga,” bebernya.

Memasuki semester 6 atau semester akhir D-3, Marhaen kembali mencoba mencari pekerjaan sebagai guru Bimbel. Dia bertekad melanjutkan jenjang S-1 setelah lulus D-3 karena pengangkatan guru tidak dibuka kembali. Marhaen berhasil diterima bekerja di salah satu tempat Bimbel.

Sebagai orang rantau, Marhaen punya pengalaman tak terlupakan saat kuliah di Surabaya. Waktu itu, setiap hari pulang pergi ke kampus, dia menaiki sepeda engkol atau sepeda jengki karena jarak rumah tempat tinggalnya berada di Wiyung, sementara kampus Unesa ada di Ketintang. “Saya ngontel dari Wiyung ke Ketintang setiap hari,” ungkapnya.

Aktif Berorganisasi, Kacab Bimbel

Marhaen Djumadi kini mendapatkan amanah menjadi Bupati Nganjuk Periode 2024-2029


Selama berkuliah S-1 di Unesa, Marhaen tergolong mahasiswa yang aktif, baik di organisasi kampus maupun luar kampus. Selain kuliah, ngajar di tempat bimbel, dia juga ikut berbagai kegiatan kemahasiswaan, bahkan sampai dapat beasiswa. “Alhamdulillah,” ucapnya penuh syukur.

Marhaen juga tercatat aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Dia memilih olahraga Basket sebagai aktivitasnya mengasah bakat dan minatnya. Melalui basket itu, dia berkali-kali mengikuti pertandingan baik antarjurusan, fakultas, maupun universitas. Dia juga aktif di organisasi luar kampus yaitu GMNI. “Aktif di berbagai organisasi membuat saya banyak mendapatkan teman dan relasi,” paparnya yang mengaku mulai tertarik politik ketika mengikuti organisasi.

Yang membanggakan, setelah lulus S-1 tahun 1991, Marhaen langsung diterima bekerja sebagai Kepala Cabang (Kacab) di bimbingan belajr PRIMAGAMA. Itu semua karana prestasi yang didapatkannya selama menjadi pengajar di bimbingan belajar tersebut. “Tentu, ini sebuah hal yang patut saya syukuri,” imbuhnya.

Menjadi seorang pemimpin bagi Marhaen bukan hanya sekadar memerintah, tetapi lebih dari itu seorang pemimpin harus memberikan contoh sehingga mampu menggerakkan. Salah satunya adalah bagaimana menciptakan budaya mutu dan motivasi berprestasi di masyarakat. Itu dia terapkan dalam memimpin kabupaten Nganjuk. Sebagai Bupati, Marhaen menerapkan strategi memberikan contoh melalui berbagai prestasi yang diraih.

Dia juga mengaku, ilmu berorganisasi yang didapat selama berkuliah sangat berpengaruh dalam dunia kerja. Karena itu, dia menyarankan kepada mahasiswa agar tidak hanya belajar saja saat kuliah, tapi juga harus mencari relasi yang banyak melalui aktif di berbagai organisasi.

“Ketika menjadi mahasiswa, harus dimanfaatkan untuk cari kolega, cari relasi. Tidak boleh cuma cari teman yang satu angkatan saja tetapi berbagai kenalan agar bisa mendapatkan beragam informasi pekerjaan,” tegasnya.

Marhaen Djumadi saat memberikan pengarahan sebagai Bupati Nganjuk

Marhaen juga membagikan kunci agar sukses dalam menapaki karier. Pertama, membangun relasi mulai di bangku perkuliahan. Kedua, percaya diri dan optimis dalam meniti pekerjaan apapun yang penting baik, halal, dan bermanfaat bagi orang lain serta harus optimal dalam bekerja. Marhaen mencontohkan dirinya selama menjadi mahasiswa sudah memulai karier dengan membangun koneksi dan pengalaman kerja meskipun masih dasar.

“Saya sudah punya pengelaman sedikit-sedikit di dunia kerja, dan itu saya niatkan tidak semata-mata mencari uang tetapi belajar bekerja,” terangnya.

Bagi Marhaen, belajar saja selama kuliah sementara ketika lulus bingung cari kerja, tidaklah baik karena mahasiswa tidak akan memiliki pengalaman. Harusnya, saat berkuliah, dua tahun sebelum lulus, mahasiswa harus memulai mencari relasi. Satu tahun sebelum lulus, mahasiswa harus mempersiapkan matang ingin berkarier seperti apa. “Berani, percaya diri, dan tidak takut gagal adalah kunci sukses,” tandasnya.

Dia menekankan agar tidak takut dengan kegagalan jika mau sukses. Dia mencontohkan dirinya berkali-kali gagal, tapi terus bangkit lagi. Tercatat, Marhaen pernah gagal pencalonan DPR Provinsi tahun 2009, gagal menjadi Calon DPR RI tahun 2014, dan tahun 2015 gagal menjadi Calon Wakil Bupati Sidoarjo, dan banyak kegagalan lain.

“Saya baru berhasil tahun 2018. Meskipun gagalnya berkali-kali tetapi bangkitnya harus beribu kali. Jadi, tidak ada istilah gagal, yang ada bangkit, itu prinsipnya berhasil,” pungkas pria yang kembali mendapatkan amanah memimping Nganjuk periode 2024-2029 itu.

Penulis: @azhar adi mas’udi
Editor: @basyiraidi

Share:

Berita lainnya

Unesa Juara Umum Pomprov III Jatim

ikaunesa.id – Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tampil sebagai juara umum dengan meraih 162 medali, dengan rincian 69 medali emas, 49 medali perak dan 53 medali perunggu. Torehan ini melebihi perolehan medali di Pomprov II Jatim 2023 lalu di Jember yang hanya mengoleksi 100 medali dengan rincian 41 emas, 32 perak

Talkshow IKA Unesa: Akses Pendidikan, Industrialisasi dan Pemberantasan Korupsi jadi Solusi

IKAUNESA.ID,- SURABAYA—Masa depan Indonesia yang tergambar dalam visi Indonesia Emas 2045 sangat ditentukan kualitas manusianya. Kualitas manusia ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Karena itu, akses dan kualitas pendidikan harus benar-benar diperhatikan. Setelah anak-anak bangsa berproses melalui pendidikan, maka selanjutnya adalah perlu industrialisasi untuk menyerap sumber daya dan kompetensi yang dihasilkan. Di

Jl. Raya Kampus Unesa, Lidah Wetan, Kec. Lakarsantri, Surabaya, Jawa Timur 60213

© 2025 All Rights Reserved.

Scroll to Top