Bahasa Inggris Mapel Wajib SD: Tantangan dan Peluang

Untuk menjadi guru Bahasa Inggris SD, guru harus memiliki kemampuan berbahasa Inggris mumpuni karena ia adalah model bagi siswanya.
Mapel bahasa Inggris akan menjadi mapel wajib di SD dan sederajat pada 2028.

*)oleh Prof. Lies Amin Lestari

Permendikbudristek No.12/2024 menyebutkan, bahasa Inggris akan menjadi mapel pilihan pada tahun pelajaran (tapel) 2026/2027, dan akan mapel wajib di SD dan sederajat mulai tapel 2027/2028. Yang menarik, Permen ini mengumpankan tantangan dan peluang bagi pihak-pihak berkepentingan.

Menurut pasal 33, untuk persiapan implementasi, Kemendikbudristek akan mendukung proses transisi dengan penyediaan pelatihan guru yang akan mengajar bahasa Inggris di SD atau bentuk kegiatan lain yang setara. Sementara, pemerintah daerah mendukungnya dengan penyediaan guru bahasa Inggris SD dan sederajat dengan mekanisme yang disesuaikan karakteristik daerah masing-masing.

Perlu persiapan matang untuk mempersiapkan guru bahasa Inggris yang kompeten untuk siswa SD. Persiapannya tentu bukan hanya untuk masa transisi, melainkan juga untuk jangka panjang. Berbagai sumber daya perlu diarahkan untuk menyukseskan persiapan itu.

Perlu dicatat, mengajarkan bahasa Inggris kepada siswa SD berbeda dengan mengajarkannya kepada siswa SMP dan SMA. Siswa SD masih dalam masa perkembangan fisik dan mental tingkat awal sehingga mereka membutuhkan pembelajaran yang sesuai usianya.

Sementara itu, guru mapel bahasa Inggris SD pada umumnya adalah guru-guru yang bersedia atau ditugasi mengajarkan meski tidak cukup kompeten. Atau, mereka memang memiliki ijazah S1 Pendidikan Bahasa Inggris. Namun, lihatlah transkrip nilainya, mereka hanya lulus mata kuliah Teaching English to Young Learners (TEYL) 2-3 sks.

Ini jelas tidak memadai untuk mengajarkan Bahasa Inggris di SD dengan baik. Padahal, guru seharusnya juga mampu membedah kurikulum yang ada, dalam alur tujuan pembelajaran yang rasional dan tertata sesuai dengan urutan pemerolehan bahasa kedua/asing.

Selain itu, mengakses proses dan hasil belajar siswa SD juga memerlukan teknik dan prosedur khusus agar siswa nyaman selama pembelajaran dan asesmen. Bahkan, para mahasiswa Prodi S1 Pendidikan Bahasa Inggris menjalani masa Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) di SMP atau SMA/K sehingga mereka tidak memiliki pengalaman apa pun menangani siswa SD.

Berbasis fakta di atas, tampaknya pemberlakukan mapel Bahasa Inggris sebagai mapel wajib di SD perlu disikapi secara bijak oleh pengelola Prodi S1 Pendidikan Bahasa Inggris agar lulusannya siap mengajar di jenjang SD. Memang benar Kemendikbudristek akan menyediakan pelatihan bagi guru yang akan mengajarkan bahasa Inggris di SD, namun kebijakan ini mungkin hanya berlaku pada awal penerapan Permen No 12/2024.

Substansinya jauh lebih penting. Karena siswa SD memiliki karakteristik berbeda dengan siswa SMP-SMA/sederajat, tentu dibutuhkan juga strategi pembelajaran berbeda. Karena itu, para guru bahasa Inggris di SD juga perlu memelajari dan memraktikkan berbagai metode, strategi pembelajaran, dan materi yang sesuai usia dan tingkat perkembangan siswa.

Yang tak kalah penting dalam memastikan keberhasilan pembelajaran bahasa kedua (bahasa Inggris), adalah pentingnya penyediaan infrastruktur dan fasilitas pembelajaran. Meski menurut Permen hal ini akan ditangani oleh pemerintah daerah, peran sekolah dan guru yang kreatif dan menguasai literasi digital harus dioptimalkan. Guru bahasa Inggris perlu didorong untuk memanfaatkan materi dan media pembelajaran konvensional dan digital secara bijak demi perkembangan fisik, mental, maupun sosial anak.

Siswa SD masih dalam proses perkembangan fisik sehingga mereka perlu diberikan kegiatan yang melibatkan fisik, misalnya berlari, melompat, berjalan, dll. Mereka juga perlu difasilitasi perkembangan mentalnya dengan kegiatan-kegiatan yang menantang dan kompetitif. Mereka juga perlu belajar bersosialisasi sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan nyata sebagai makhluk sosial. Bahasa (dan budaya) Inggris bisa diintegrasikan ke dalam aneka kegiatan tersebut.

Selain itu, karena bahasa adalah alat komunikasi, keberadaan guru Bahasa Inggris yang mampu berkomunikasi dalam bahasa yang diajarkannya tentu juga menjadi penentu keberhasilan pembelajaran. Karena itu, (calon) guru Bahasa Inggris di SD juga harus memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik agar menjadi model bagi siswanya.

Belajar bahasa Inggris adalah belajar menggunakannya dalam berkomunikasi, bukan belajar tentang bahasa itu. Anggapan sementara ‘mengajarkan mapel Bahasa Inggris di SD lebih mudah karena materinya lebih sederhana’ harus disisihkan. Untuk menjadi guru Bahasa Inggris SD, guru harus memiliki kemampuan berbahasa Inggris mumpuni karena ia adalah model bagi siswanya. Ingat, siswa sebagai anak adalah peniru (imitator) yang baik.

Kini ada tantangan dan peluang bagi mereka yang berminat untuk menjadi pengajar Bahasa Inggris di SD. Dengan naiknya status bahasa Inggris menjadi mapel wajib di SD, otomatis kebutuhan guru mapel ini meningkat. Artinya, lapangan kerja untuk profesi ini akan terbuka lebar bagi lulusan S1 Pendidikan Bahasa Inggris.

Bila sebelumnya bahasa Inggris mapel wajib hanya untuk jenjang SMP dan SMA/K, kini sudah wajib untuk jenjang SD. Ini artinya LPTK juga diharapkan mendidik calon guru bahasa Inggris SD siap pakai. Apakah kebutuhan guru bahasa Inggris SD ini akan diwadahi di Prodi PGSD atau di Prodi S1 Pendidikan Bahasa Inggris?

Bila pendidikan bagi calon guru mapel bahasa Inggris ini dikelola prodi PGSD calon guru akan matang dengan ilmu pedagogik (bagaimana mendidik) siswa SD, tetapi mungkin mereka akan kesulitan mengembangkan kemampuan berbahasa Inggrisnya.

Bila hal itu dilakukan di prodi Pendidikan Bahasa Inggris, kemampuan berbahasa Inggris mereka akan lebih terasah. Sebab, prodi ini mengajarkan bukan hanya ilmu pedagogik tetapi juga keterampilan berbahasa Inggris, ilmu kebahasaan, dan budaya Inggris sebagai mata kuliah inti. Meski demikian, prodi ini perlu merevitalisasi kurikulumnya dengan menambahkan beberapa mata kuliah terkait pembelajaran bahasa untuk anak.

Apa pun pilihan pengelola LPTK, yang pasti kini kebutuhan akan guru Bahasa Inggris SD yang mumpuni sudah terbuka di depan mata. Take it or leave it. Sekarang. (*)

*)Penulis adalah alumni Unesa, Guru Besar pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, FBS, Universitas Negeri Surabaya. Tulisan ini opini pribadi.

Share:

Berita lainnya

Unesa Juara Umum Pomprov III Jatim

ikaunesa.id – Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tampil sebagai juara umum dengan meraih 162 medali, dengan rincian 69 medali emas, 49 medali perak dan 53 medali perunggu. Torehan ini melebihi perolehan medali di Pomprov II Jatim 2023 lalu di Jember yang hanya mengoleksi 100 medali dengan rincian 41 emas, 32 perak

Talkshow IKA Unesa: Akses Pendidikan, Industrialisasi dan Pemberantasan Korupsi jadi Solusi

IKAUNESA.ID,- SURABAYA—Masa depan Indonesia yang tergambar dalam visi Indonesia Emas 2045 sangat ditentukan kualitas manusianya. Kualitas manusia ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Karena itu, akses dan kualitas pendidikan harus benar-benar diperhatikan. Setelah anak-anak bangsa berproses melalui pendidikan, maka selanjutnya adalah perlu industrialisasi untuk menyerap sumber daya dan kompetensi yang dihasilkan. Di

Jl. Raya Kampus Unesa, Lidah Wetan, Kec. Lakarsantri, Surabaya, Jawa Timur 60213

© 2025 All Rights Reserved.

Scroll to Top